Selasa, 09 Maret 2010

PENGARUH ARUS LISTRIK PADA PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM 6061-0 (Joko Tri Wardoyo dan Bambang Sumiyarso)

Abstrak
Aluminium merupakan logam ringan, dimana paduan Aluminium 6061-0 termasuk paduan yang mudah dilas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pengaruh arus listrik yang digunakan pada pengelasan terhadap kekuatan luluh (yield strength) dan kekuatan tarik maksimumnya (ultimate strength). Bahan yang digunakan adalah paduan aluminium 6061 (tube), dengan diameter luar 1,25 inch dan diameter dalam 0,035 inch. Setelah menentukan bahan uji, kemudian dilakukan pengelasan dengan metode TIG serta temper – 42, selanjutnya diuji kekuatannya menggunakan mesin uji tarik. Dari hasil pengujian didapatkan data bahwa terjadi penurunan kekuatan luluh dan kekuatan tarik maksimum dengan meningkatnya arus pengelasan. Untuk kekuatan luluh dari 143.08 MPa (pada arus listrik 50 Amper) menjadi 135.26 (pada arus listrik 70 Amper), sedang untuk kekuatan tarik maksimum dari 245.80 MPa (pada arus listrik 50 Amper) menjadi 221.64 MPa (pada arus listrik 70 Amper). Hal ini diperkirakan karena adanya pertambahan masukan panas dengan naiknya arus pengelasan.
Kata kunci : “Arus las”, “Pengelasan”, “Paduan aluminium”, “Uji tarik”

PERILAKU PERAMBATAN RETAK FATIK DI MEDIA KOROSIF DENGAN VARIASI KONSENTRASI NaCl PADA SAMBUNGAN LAS BUSUR RENDAM BAJA ASTM A572 GRADE 50 (Nanang B.

Abstrak
Submerged Arc Welding (SAW) merupakan teknik pengelasan yang banyak digunakan untuk penyambungan struktur atau mesin seperti bangunan lepas pantai, jembatan dan perpipaan. Pada aplikasinya, struktur dan mesin ini mengalami beban dinamis di lingkungan korosif, sehingga dapat menyebabkan lelah korosi (corrosion fatigue), yang berakhir pada kegagalan (fatigue failure) pada beban yang jauh dibawah beban statisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku perambatan retak fatik di lingkungan korosif hasil pengelasan SAW baja ASTM A572 Grade 50. Standar pengujian rambat retak fatik menggunakan ASTM E647, jenis spesimen middle tension (MTS), dengan variasi lingkungan yaitu: udara, larutan 3,5% dan 5% NaCl. Hasil penelitian menunjukkan perambatan retak fatik dengan konsentrasi 3,5% NaCl mengalami penurunan siklus fatik sebesar 10,2% dibandingkan media udara, sedangkan untuk konsentrsi 5% NaCl mengalami penurunan siklus fatik sebesar 35,5% di bandingkan media udara.
Kata kunci:” Perambatan retak fatik korosi”, ”Submerged Arc Welding”, ”Lingkungan korosif”